Page Detail

Tiga Prodi FIB UNS Sinergi adakan Kuliah Pakar dengan Pembahasan Kajian Sastra

Tiga Prodi FIB UNS Sinergi adakan Kuliah Pakar dengan Pembahasan Kajian Sastra

Fakultas selalu meliki cara untuk menambah pemahaman intelektual untuk para mahasiswa, hal tersebut yang dilakukan oleh Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) melalui Program Studi (prodi) S-1 Sastra Indonesia, S-2 dan S-3 Kajian Budaya FIB UNS dengan menggelar Kuliah Tamu bertajuk Dari Kajian Sastra ke Kajian Budaya: Teks Sastra, Wacana Media, dan Identitas. Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt (Universitas Udayana (UNUD) Bali) diundang sebagai narasumber dalam Kuliah Pakar kali ini.

Kegiatan yang berlangsung secara hybrid ini digelar pada Jumat pagi (17/11/2023), peserta terdiri dari para mahasiswa Prodi S-1 Sastra Indonesia FIB UNS (luring di Ruang Seminar FIB UNS) dan mahasiswa Prodi S-2 serta S-3 Kajian Budaya FIB UNS (daring Zoom Meeting). Dekan FIB UNS, Prof. Dr. Warto, M.Hum membuka kegiatan dan memberikan pesan pada peserta untuk mengikuti Kuliah Pakar dengan serius. “Fokus dan ambil sebanyak mungkin ilmu dari Prof. Darma” bebernya.

Melalui materi dengan judul Dari Kajian Sastra ke Kajian Budaya: Teks Sastra, Wacana Media, dan Identitas Prof. Darma menyinggung tentang sastra tidak sekadar membahas mengenai alur, plot, dan gaya bahasa. “Saya memilih gambar koran yang terbakar di tampilan awal power point adalah suatu refleksi untuk kita semua, mari bakar semua keterbatasan cara berpikir tentang sastra, semoga dari kegiatan ini kita lebih jernih dan memiliki banyak gagasan yang segar untuk mengkaji sastra” tuturnya.

Prof. Darma juga bercerita tentang Mark Twain seorang travel writing dengan pelbagai karyanya yang best seller, namun tidak dianggap sebagai novelis. Di Indonesia Laskar Pelangi menjadi karya dengan penjualan terlaris juga pada masanya, namun sebagian sastrawan senior  menganggap buah karya Andrea Hirata tersebut bukan merupakan suatu sastra. “Menurut saya sastra itu merupakan praktik untuk menyampaikan gagasan, nah puncaknya merujuk pada karya tersebut sekuat apa memberikan perubahan. Sastra itu distorsi praktis ada kritik dan gagasan yang ingin disuntikkan” jelasnya.

Guru Besar FIB UNUD itu menambahkan bahwa saat ini sastra merupakan alat untuk melepaskan pemikiran dan kritik bukan hanya sekadar klangenan (media statis untuk kesenangan). “Mari kita kaji lebih mendalam novel Belenggu karya Armijn Pane, sebagian orang yang menganggap sastra itu sebuah klangenan hanya dapat menyoroti aspek keerotisan perselingkuhan. Namun, jika dilihat lebih lagi Belenggu menyengat jiwa nasionalis kita untuk melawan penajajah” pungkas Prof. Darma.

Sastra juga dapat merangkum permasalahan yang membara di masyarakat, karena itu sastra dapat mengetahui hal apa yang terjadi di masa depan. “Interteks itu dapat menjawab sesuatu pertanyaan berdasarkan logika yang related dalam ruang lingkup kehidupan masyarakat” imbuh Prof. Darma. Kuliah Pakar ditutup oleh Wakil Dekan Akademik, Riset, dan Kemahasiswaan FIB UNS, Prof. Tri Wiratno, M.A., kemudian dilanjutkan dengan foto bersama. Kegiatan ini merupakan wujud dari kerja sama antara FIB UNS dan FIB UNUD(Gar/Rensi)