Eratkan Persaudaraan, FIB UNS Gelar Silaturahmi Tahunan
Keluarga Besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan silaturahmi tahunan. Meskipun pada masa pandemi ini membuat kegiatan secara tatap muka dilakukan secara daring, namun tidak menyurutkan niat untuk menjalin silaturahmi. Silaturahmi tersebut dilakukan melalui aplikasi Zoom Meeting pada Jumat (29/5/2020) pukul 13.20 WIB.
Acara silaturahmi ini menghadirkan Guru Besar Bidang Ilmu Kajian Timur Tengah FIB UNS, Prof. Istadiyantha sebagai pengisi tausiah. Turut hadir pula Dekan FIB UNS, Prof. Warto dan Rektor UNS, Prof. Jamal Wiwoho sekaligus memberikan sambutan dalam agenda tahunan tersebut. Acara yang diikuti oleh sekitar 90 sivitas akademika FIB UNS ini bertujuan untuk mempererat kekeluargaan yang ada di FIB.
Prof. Warto mengungkapkan dalam sambutannya, meskipun dilaksanakan secara daring semoga tidak mengurangi esensi dari silaturahmi ini. Selain itu, Ia juga menyampaikan bahwa saat ini bisa disebut sedang terjadi suatu zaman yang disebut kalabendu.
“Dalam khazanah Jawa, tentu tidak asing dengan istilah kalabendu yang pernah diprediksi oleh Ranggawarsita. Kutipan dari ungkapan Ranggawarsita kurang lebih seperti ini, ratune ratu utomo, patihe patih linuwih, parandene kang dadi paliyasing sing kalabendu. Zaman kalabendu yang kita rasakan bersama hampir 3 bulan ini membuat kita harus hidup dengan protokol kesehatan penanggulangan Covid-19,” ungkapnya.
Rektor UNS, Prof. Jamal Wiwoho juga memberikan sambutan sekaligus berpantun dalam acara halalbihalal ini.
“Selendang emas tenunan sendiri
Dipakai sambal menari
Pantun saya kirim ke keluarga besar FIB pengganti diri
Sebagai tanda silaturahmi” tutup Prof. Jamal Wiwoho menggunakan pantun yang disambut hangat oleh keluarga besar FIB.
Prof. Istadiyantha menyampaikan tema Makna Silaturahmi Halalbihalal dalam Rangka Menghadai Era New Normal. Beliau menyampaikan bahwa tujuan dari puasa Ramadan yakni agar orang yang beriman menjadi bertkawa. Hal tersebut tercermin dalam surat Al Baqarah ayat 183. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183).
Hal tersebut dapat diusahakan melalui pengampunan dosa, yakni dosa terhadap Allah, dosa terhadap manusia, dan dosa terhadap diri sendiri. Artinya tidak hanya memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama manusia saja, tetapi dengan diri sendiri pun harus diperbaiki.
“Dosa terhadap diri sendiri antara lain makan dan minum yang tidak sehat, tidak menjaga kebersihan, mengonsumsi zat adiktif, memforsir diri, kurang istirahat, serta sedih dan dengki. Namun jangan lupa juga untuk meningkatkan hablum minallah dan hablum minannas agar tidak diliputi kehinaan,” jelasnya.
Kemudian, bertakwa juga dapat dibagi menjadi 3 bagian, yakni lurus akidahnya, bagus akhlaknya, dan meningkat kualitas serta kuantitas ibadahnya. Jangan sampai setelah ramadan usai, kualitas ibadah semakin menurun.
New normal yang akan dijalankan oleh pemerintah di beberapa provinsi dan kabupaten tentu akan membawa banyak perubahan. Pada zaman Rasulullah SAW., pernah terjadi beberapa perubahan salah satunya hijrah dari Mekah ke Madinah.
“Rasulullah SAW., juga mengalami zaman perubahan, salah satunya Baginda mengubah perlawanan menjadi sembunyi, salat sembunyi-sembunyi, jihad tidak bisa tegak seluruhnya. Dulu juga setelah hijrah, Rasulullah mengalami situasi baru yaitu saat pembukaan Kota Mekah sehingga Masjidil Haram menjadi maksimal lagi untuk ibadah,” paparnya.
Rasulullah SAW, juga pernah mengalami wabah pada masa hidupnya, yaitu saat wabah di Syam (Suriah) pada masa pemerintahan Umar bin Khathab dengan jumlah penduduk meninggal sekitar 20.000 orang dan wabah di Madinah pada tahun 6 Hijriah.
Inovasi baru dapat dimunculkan saat New Normal berlangsung sebagai salah satu tujuan perubahan dalam tatanan masyarakat.
“Kebersihan dan kesehatan akan menjadi komoditas utama, pekerjaan online akan menjadi tren, sistem pembayaran digital akan lebih diminati, serta revolusi industri yang dipercepat,” tutpnya.
Selain itu, dari segi sumber daya manusia juga harus ditingkatkan. Harus muncul orang-orang jenius dengan pemikiran baru dan maju serta harus memunculkan tradisi baru tanpa meninggalkan tradisi lama. (Bayu Aji Prasetya)