Tetater Oase Prodi Sastra Arab FIB UNS, Gelar Webinar Bertema Disrupsi Digital? Mampukah Dunia Teater Bertahan?
Seni pertunjukan seolah harus mengambil banyak cara alternatif untuk tetap melakukan pementasan, tidak terkecuali pada seni teater. Dalam masa pandemi seni teater sudah mengambil sikap dengan menggunakan patform digital untuk berkarya dan pentas, mengilhami hal tersebut teater Oase Prodi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS menggelar webinar dengan mengangkat judul Disrupsi Digital? Mampukah Dunia Teater Bertahan? pada Sabtu (10/07/2021) pukul 09.00 melalui Zoom Meeting.
Kegiatan yang dimoderatori oleh Muhammad Noval Abdul Rozak (Mahasiswa Prodi Sastra Arab) ini mengundang dua narasumber, Elyandra Widharta dan Yusuf Haikal. Sebagai pemateri pertama Elyandra yang lama berkecimpung di dunia teater sebagai aktor, sutradara, dan produser itu membahas tentang Pembentukan Karakter Melalui Teater. Dalam pemaparannya yang menarik dan komunikatif dia menginterpretasikan dunia teater sebagai tempat untuk belajar dan improve pengetahuan
“Kehidupan sejatinya mengajarkan berbagai pengalaman dari mana saja dan kapan saja. Berbicara tentang karakter, seseorang harus bisa mengenali potensi diri sendiri terkait dengan asupan pengetahuan-pengetahuan, pengalaman, interaksi dengan siapapun hal tersebut menjadi bekal untuk masuk ke dalam dunia teater. Kemampuan membawa personal diri masing-masing manusia akan diuji dalam dunia teater. Misal diri kita yang pemalu dan kurang dalam hal public speaking dapat kita perbaiki dan kembangkan dalam proses menuju pementasan sebuah teater.” Terang Elyandra.
Yusuf Haikal yang merupakan alumnus FIB dan anggota Teater Oase menyampaikan materi dengan judul Mempertahankan Eksistensi Teater dalam era Disrupsi Digital. Dalam pemaparaannya Yusuf mengupas tentang pertunjukan teater selayaknya mampu beradaptasi pada era kebiasaan baru, dan produktif berkarya dengan menggunakan media digital.
“Kebiasaan teater yang biasa berada di suatu tempat, berkerumun, beraktifitas di luar luangan harus bisa membangun adaptasi dengan budaya baru dan kebiasaan baru. Dengan adanya hambatan-hambatan di era pandemi ini maka dunia teater harus berkenalan dengan konsep digitalisasi. Konsep digitalisasi mengarahkan pementasan teater menuju pada konsep pementasan streaming” jelasnya.
Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 40 peserta dari kalangan siswa SMA, mahasiswa, dan kalangan umum pegiat tetater ini mengerucut pada jawaban dari tema yang diangkat, bahwa teater mampu bertahan di era digital. Bergantinya ke era digital dunia teater akan lebih mudah dalam berkreasi. (Rensi)