Page Detail

Teater Tesa FIB UNS, Pentas Monoplay Bertajuk Transisi

Teater Tesa FIB UNS, Pentas Monoplay Bertajuk Transisi

Langit kian memerah dihiasi dengan gradasi lembayung jingga, sore itu dinamika hiruk pikuk Oemah Grill, Jebres menjadi saksi pementasan menarik dari, Kelompok Kerja Teater Sastra (Tesa) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS pada, Kamis (10/12/2020). Sajian pementasan monoplay bertajuk Transisi itu dikemas selama tiga sesi oleh Tesa, mengingat pandemi Covid-19 yang harus mengurangi kerumunuan, jumlah penontonpun dibatasi hanya sebanyak 15 orang ditiap sesinya dan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Pementasan ini dilaksanakan dalam rangka mempresentasikan hasil latihan selama masa pandemi, sekaligus memperingati hari Hak Asasi Manusia sedunia. Pementasan monoplay kali ini merupakan kolaborasi epik dari tiga naskah yang dipentaskan dalam beberapa fragmen, yang saling terikat satu sama lain. Ketiga naskah tersebut antara lain Aeng, Kasir Kita, dan Balada Sumarah.

“Selama pandemi ini kami juga berlatih secara pribadi, untuk itu kami memilih suguhan monolog bersambung atau monoplay, yang tidak mengharuskan berlatih dan berkoordinasi secara langsung. Transisi ini adalah wujud presentasi latihan kami dan juga bertepetan dengan peringatan hari Hak Asasi Manusia sedunia” ungkap Salam Badar (mahasiswa Sastra Indonesia 2016), koordinator  Tesa untuk pementasan Transisi.

Dalam pementasan Transisi  tersebut terdapat tiga naskah yang disajikan. Ketiganya dipilih  karena dalam ceritanya mengangkat aspek terkait HAM. Aeng berkisah tentang tokoh bernama Alimin, seorang laki-laki yang menuntut keadilan kepada sistem yang diciptakan. Kasir Kita menceritakan tentang Misbach Jazuli, seorang pria paruh baya yang gagal dalam rumah tangga dan sosok yang ironis karena menjadi sasaran penipuan.  Naskah terakhir Tesa menyajikan Balada Sumarah yang bercerita tentang tokoh Sumarah, seorang anak kusir andong dari desa Karangsari, yang dituduh sebagai simpatisan komunis.

“Ketiga naskah tersebut kami memang sengaja angkat, karena selain cukup populer ceritanya juga menggandung aspek HAM, yang pantas disuguhkan hari ini (bertepatan peringatan hari HAM sedunia)” ungkap Salam Badar.

Pementasan Tesa kali ini tak jadi sekadar perayaaan hari HAM sedunia, maupun presentasi latihan rutin yang biasa dilakukan. Akan tetapi, pementasan ini juga mengajak penonton untuk merefleksikan penegakan HAM di Indonesia hari ini. Adapun penyaji dalam pementasan monoplay ini adalah Mufti Alimi (Sastra Daerah 2017) membawakan naskah Aeng, Miftachul Na'im (Sastra Indonesia 2018) membawakan naskah Kasir Kita dan Kesia Fani Pancaraningtyas (Sastra Daerah 2019) membawakan naskah Balada Sumarah. (Rensi)