Page Detail

Talkshow Sanskerta 2024 Angkat Diskusi tentang Filsafat Kebudayaan dan Sejarah

Talkshow Sanskerta 2024 Angkat Diskusi tentang Filsafat Kebudayaan dan Sejarah

Sanskerta merupakan kegiatan rutin yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS), Forum Mahasiswa Sejarah (FMS), tahun ini FMS menutup rangkaian Sanskerta dengan menggelar Talkshow bertajuk Filsafat Kebudayaan dalam Lintas Sejarah pada Sabtu (16/11/2024) pagi di Aula Monumen Pers Surakarta.

Kegiatan yang ditujukan untuk memberikan pandangan lebih segar, tentang ilmu sejarah di kalangan akademisi ini mengundang dua narasumber yaitu, Dani Saptoni (Ketua Solo Societeit) dan Dr. H. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag (Dosen UIN Sunan Kalijaga). Sanskerta 2024 ini dibuka oleh Ketua Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS, Dr. Waskito Widi Wardojo, S.S., M.A. dalam sambutannya beliau berharap semoga selesai dari kegiatan ini para peserta mendapat bekal kehidupan.

“Kegiatan ini mengusung tema yang menarik karena filsafat dan sejarah dapat mejadi jawaban bagi beberapa problematika kehidupan, saya analogikan sejarah itu, sepertihalnya seseorang yang sedang mengendarai kereta api namun duduk dibangku yang menghadap ke belakang, dia tetap berjalan sampai tujuan tetapi dapat melihat sesuatu yang terlah terjadi,” paparnya.

Dani dalam materinya mengatakan bahwa banyak kebiasaan orang zaman dahulu yang sebenarnya kita harus bertanya kembali, terkait alur kesiapan seseorang memperoleh keberhasilan. “Zaman dahulu ada yang menyebutkan pasukan dari Pangeran Samber Nyawa itu berperang sembari mengunyah bengle. Nah, mari coba kita kaji ulang keberhasilan itu apakah benar dari bengle atau memang persiapan secara maksimal” jelasnya.

Dani juga berbicara tentang etika kesopanan akan tetap bersemi jika pemikiran kita semua masih diselimuti dengan aspek kebudayaan. Menyambung Dani, Dr. Fahruddin mengatakan bahwa kebudayaan itu terdapat berbagai macam fungsi salah satunya kebudayaan sebagai norma. “Kebudayaan sebagai aspek normatif, dari hal tersebut budaya dapat menjadi alat untuk menstandarisasi baik buruknya suatu perilaku” imbuh Dr. Fahruddin.

Dr. Fahruddin juga bercerita tentang jenis orang menyikapi sejarah. “Ada empat jenis orang menyikapi sejarah. Pertama sejarah sebagai poster hanya dilihat saja, kedua sejarah sebagai teater mereka menganggap sejarah ada namun kurang peduli mempelajarinya, dalam kata lain mereka hanya menganggap peduli sejarah sebatas pencitraan, ketiga sejarah sebagai museum yang dapat dikunjungi namun tidak setiap hari, dan yang keempat sejarah sebagai rumah yang kita merasa ikut memiliki, merawat, serta memperindah” ungkapnya.

Sebagai penutup Dr. Fahruddin memberi harapan dan menyentak semangat para peserta dengan mengatakan bahwa semua boleh tidak setuju tentang pemikiran fisafat. Namun, kalian harus terus mengasah daya pikir kalian, karena pada hakekatnya manusia itu berfikir. Melalui pemikiran kita akan menemukan proses, dari proses itu kita akan membuahkan karya yang dapat kita kontribusikan guna mewarnai sejarah. (Humas FIB)