Page Detail

“Surat Untuk Kartini Masa Depan” Liputan Khusus dengan Prof. Dr. Warto, M.Hum, Dekan Fakultas Ilmu Budaya UNS

“Surat Untuk Kartini Masa Depan” Liputan Khusus dengan Prof. Dr. Warto, M.Hum, Dekan Fakultas Ilmu Budaya UNS

 

Surat Untuk Kartini Masa Depan adalah cara Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS memberikan motivasi bagi para Kartini baru, untuk menjadi perempuan yang mampu mengambil sikap bijak guna menyelesaikan segala permasalahan yang kompleks. Waktu memang terus berjalan, namun sepucuk surat ini tetap berupaya untuk menyentuh pembacanya dengan wawasan yang menyegarkan terkait perempuan dalam bingkai Kartini. Disela kesibukaannya sejarawan sekaligus Dekan FIB UNS, Prof. Dr. Warto, M.Hum, menyempatkan berbicang perihal sejarah Kartini dan secercah harapannya untuk Kartini baru.

Pada Rabu sore (21/04/2021) diruang Dekan dengan lugas Prof. Warto menjabarkan sejarah perjuangan Kartini menyetarakan gender dan sejarah terlahirnya buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang sangat terkenal. “Raden Ajeng Kartini mengkritik tradisi feudal Jawa, dituangkan melalui surat-surat yang dia tuliskan pada sahabatnya, Estella Zeehandelaar dan pasangan Abendanon. Berbagai surat tersebut kemudian membuahkan sebuah buku terjemahan dengan bahasa Melayu, terbitan Balai Pustaka dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Buah Pikiran”ungkap Prof. Warto.

 

Lembayung jingga di langit yang kian memerah memayungi dialog kami sore itu, dalam pemaparannya guru besar prodi Ilmu Sejarah itu menggambarkan Kartini adalah  representasi nilai-nilai kesetaraan dan kemajuan  perempuan Jawa. “Pemikiran Kartini itu melebihi zamannya” terangnya.

 

Jika Kartini mampu melecut semangat kaum perempuan untuk aktualisasi diri, lantas bagaimana spirit itu disikapi oleh laki-laki?. Berpijak dari hal tersebut Prof. Warto memberikan pendapat yang patut dijadikan bekal bagi laki-laki menyikapi aktualisasi perempuan. Menurutnya laki-laki sepatutnya menjadikan perempuan pendamping yang saling melengkapi.

 

“Kita harus memahami bahwa nilai-nilai kemajuan yang disuarakan Kartini tetap mengacu pada akar budaya Jawa yang menjunjung tinggi harkat kemanusiaan, sejatinya kita sebagai laki-laki merasakan spirit tersebut sebagai proses perenungan untuk memberikan ruang pada perempuan untuk berpendapat dalam hal apapun”ujar Prof. Warto

 

Dalam perbincangan kami Prof. Warto juga membuka sejarah bahwa kaum laki-laki pada masa itu mulai terbuka dan mendukung gagasan dari Kartini. Misalnya, suami Kartini yang memberi kebebasan padanya untuk mendirikan sekolah dan aktif pada kegiatan sosial.

Melalui perbincangan dengan Prof. Warto kami merangkum pesan kepada para Kartini penerus bangsa sebagai berikut: Perempuan harus memaksimalkan potensi dirinya, tantangan akan ketidak pastian perlu dihadapi dengan kreativitas dan keberanian mencoba hal-hal baru secara terukur dan rasional, dan perempuan sebagai sosok penerus Kartini harus mampu beradaptasi akan perubahan zaman dan membekali diri dengan keimanan dan kecerdasan. (Rensi)