Sarasati Community (SSC) FIB, Adakan Safik 2020 dengan Pembahasan Peran Pemuda Berkontribusi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal Guna Mewujudkan SDG's 2030
Maka jadilah seorang pembaharu, biar orang lain yang ikut meniru, daripada terus mengikuti tren tanpa henti, hidup bisa habis tanpa pernah diisi. Menukil kalimat dari Najwa Shihab tersebut Ormawa Sarasati Community (SSC) Fakultas Ilmu Budaya (FIB), UNS, mengadakan seminar nasional Safik 2020 dengan pembahasan segar bertema, Peran Pemuda dalam Menghadapi Pandemi COVID-19, melalui Kontribusi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal guna Mewujudkan SDG's 2030. Pada Sabtu (18/10/2020) dengan menggunakan platform Zoom Cloud Meeting.
Hadir sebagai pembicara dalam Safik 2020, Birrul Qadriyyah, S.Kep.,Ns.,M.Sc. alumni The University Of Edinburgh dan Rosaliana Intan Pitaloka Juara 1 Duta Bahasa Jawa Tengah 2018. Tujuan seminar nasional yang laten diadakan SSC setiap tahunnya ini, memang untuk memberi motivasi pada para pemuda untuk kreatifitas dan berkarya, terkait mewujudkan Sustainable Development Goals (SGD’s) 2030, dalam ruang lingkup kearifan lokal.
Birrul Qadriyyah memaparkan materi yang berjudul, Pemuda dan Karya di Tengah Pandemi, dalam penjelasannya perempuan yang pernah berpidato, di depan presiden Republik Indonesia tahun 2014, mewakili mahasiswa bidikmisi se-Indonesia itu memberikan berbagai motivasi pada peserta, salah satunya yang menjadi penekanan dalam materinya yaitu, untuk memperbanyak ide dan belajar dengan membaca.
“Banyak ide diawali dengan membaca dan terus belajar. dengan membaca akan lebih flexzibel dalam menulis ide. Marilah membaca, ingat apa yang diucapkan oleh Imam Syafi’I bahwa, Jika kamu tak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan lelahnya kebodohan” terangnya.
Pemateri kedua dalam Safik 2020 adalah, Rosaliana Intan Pitaloka dengan pembahasan mengenai, Generasi Muda Sebagai Agen Penggerak Pembangunan Berkelanjutan 2030. Dalam materi pembahasannya Rosaliana menyinggung tentang kekuatan bahasa dalam kontribusi kreatif kebahasan berbasis kearifan lokal.
“Kekuatan bahasa dapat dilihat dari beberapa aspek atau sisi, yang pertama adalah peran fundamental bahasa menjadi sarana pikir, ekspresi, dan komunikasi. Ragamnya dibagi menjadi dua lisan dan tulisan. Kemudian yang terakhir sasaran penggunaan bahasa ditujukan pada mitra tutur dan media jenis tulis (deksripsi, eksposisi, argumentasi)”ungkapnya.
Pemuda saat ini memang harus turun tangan, berkarya nyata dan menjawab tantangan semesta. Hal itu yang bisa dijadikan acuan harapan kedapan dalam Safik 2020 ini, menyongsong Sustainable Development Goals (SGD’s) 2030 memang menjadi tanggung jawab bagi para pemuda. Niscaya, dengan pembahasan materi dalam seminar yang diadakan SSC ini, mampu menjadi bekal bagi para pemuda meruncingkan kekuatan bahasa, guna berkontribusi secara kreatif berbasis kearifan lokal.