Page Detail

Riset Grup Filologi Prodi Sastra Indonesia FIB UNS  Gelar Pelatihan Digitalisasi Naskah

Riset Grup Filologi Prodi Sastra Indonesia FIB UNS Gelar Pelatihan Digitalisasi Naskah

Naskah bukan merupakan barang misteri peninggalan masa lampau. Naskah menunggu untuk disentuh dan diteliti, karena di dalamnya mengandung banyak informasi yang masih relevan hingga saat ini. Hal tersebut kemudian diupayakan oleh Riset Grup Filologi Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS dengan mengadakan webinar Pelatihan Digitalisasi Naskah pada Selasa (29/06/2021), secara daring melalui Zoom Meeting. 

Dalam kegiatan ini mengundang Prof. Dr. Istadiyantha, M.S., Bagus Kurniawan, S.S., M.A., dan Asep Yudha Wirajaya, S.S., M.A., sebagai pembicara. Kegiatan yang berkerjasama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) cabang Solo dan Museum Radya Pustaka ini dibuka oleh Dekan FIB UNS, Prof. Dr. Warto, M.Hum., menurutnya naskah mengandung banyak nilai yang bisa kita pelajari sampai saat ini, untuk itu kegiatan guna melestarikan dan menjaga keutuhan naskah harus digalakkan. 

“Naskah merupakan khazanah budaya bangsa, yang di dalamnya berisi informasi pengetahuan sejarah. Melalui kegiatan Pelatihan Digitalisasi Naskah ini setidaknya mampu, mengupayakan perawatan naskah dengan mendigitalisasikannya dengan mengunakan tekhnologi modern. Harapannya banyak naskah yang bisa diselamatkan dari kerusakan” papar Prof. Warto 

Prof. Istadiyantha sebagai pembicara pertama memaparkan materinya yang berjudul Pernaskahan Secara Tradisional dan Digital. Dalam pemaparannya guru besar prodi Sastra Indonesia itu mengajak kita untuk flash back dan belajar mengenai pernaskahan kuno, seperti papirus, naskah lontar, dan naskah daluwang. 

“Naskah pada zaman dulu tidak semuanya ditulis menggunakan kertas berbahan kulit kayu, tetapi ada juga yang ditulis di papirus. Penulisan naskah di media ini berkembang di wilayah Mesir dan sekitarnya. Ditemukan naskah tertua dari papirus yang berumur 1.500 tahun dengan tulisan mengacu pada kisah Alkitab tentang perjamuan terakhir dan cerita Manna dari Surga, Berikutnya naskah lontar, naskah ini menggunakan media daun lontar. Di Masjid Nurussalam, Surabaya terdapat sebuah Al-Quran yang terbuat dari daun lontar. Al-Quran ini memiliki ukuran sekitar 50 cm dan 40 cm dengan tebal sekitar 10 cm. Sejalan dengan kemajuan peradaban, naskah kemudian menggunakan kertas atau dluwang” jelasnya. 

Sebagai pembicara kedua Bagus Kurniawan memaparkan materi Menuju Filologi Modern. Melalui materinya Bagus mengajak para filolog dan pengampu ilmu folologi untuk upgrade cara penyampaian dan metode pembelajarnnya. 

“Filologi dianggap sebagai ilmu yang antikuarian, klasik, dan monoton oleh karena itu digitalisasi naskah adalah pintu masuk menuju filologi modern agar studi ini lebih berkembang, minimal sejajar perkembangannya dengan studi sastra. Studi filologi saat ini harus memperhitungkan teknologi lain untuk membantu perkembangannya. Kemudahan mengakses teks adalah kunci  perkembangan studi filologi di masa depan” terangnya. 

Pemateri terakhir adalah Asep Yudha Wirajaya dosen FIB sekaligus Ketua Manassa cabang Solo, melalui materi yang berjudul Digitalisasi Naskah Asep menjabarkan pentingnya dan manfaat digitalisasi naskah. “Hal ini bertujuan agar nilai-nilai universal yang terkandung dalam naskah dapat dijadikan sumber pengetahuan dalam pembangunan bangsa. Selain itu, sebagai alternatif bagi pemerintah dan institusi penyimpan serta pengelola naskah untuk menyelamatkan naskah-naskah kuna,” jabarnya.  

Sesi pamungkas dalam kegiatan yang diikuti oleh 200 peserta dari dalam dan luar UNS ini adalah pelatihan digitalisasi naskah. Asep Yudha membeberkan beberapa alat yang perlu digunakan guna mendigitalisasi naskah. “Yang dibutuhkan dalam digitalisasi naskah antara lain laptop, tripod, kamera, software EOS Utility, lampu penerang, kartu memori, dan beberapa peralatan pendukung lainnya” ungkapnya. 

Digitalisasi menjadi sebuah arena baru bagi para peminat naskah untuk bereksplorasi dan bersentuhan dengan teknologi kekinian, dari kegiatan ini diharapkan mampu untuk merawat  dan menyelamatkan naskah, kemudian memudahkan penyediaan naskah untuk diteliti. (Rensi)