Permasalahan Tabu Sebagai Penopang Kehidupan, Teater Tesa FIB UNS Pentaskan Perjta
Atmosfer hari teater internasional ikut dikecap oleh Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) Kelompok Kerja Teater Sastra (Tesa) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) dengan mementaskan lakon Pertja naskah karya Benny Johanes di Sanggar Teater Tesa selama dua malam (27-28/03/2022). Kendati luring pementasan tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan, lakon ini diangkat untuk memberikan kita kesadaran tentang beberapa masalah yang dianggap tabu, namun sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan.
Pertja disutradarai oleh Salamander. Salam (nama panggilan Salamander) jelang pentas dimulai, berbagi cerita tentang naskah yang digarapnya menceritakan tentang tiga kakak beradik yang sudah yatim piatu, mereka dengan segala masalah yang menerpa diterima dengan tangan terbuka, kemudian dirubah menjadi nasihat guna mendewasakan diri. “Pertja merupakan satu lakon dalam lima babak, berfokus pada kakak beradik bernama Rosa, Pupu, dan Selasih. Tanpa figur ayah dan ibu mereka menghadapi berbagai perkara, bisa dibahasakan bahwa mereka membangun topang rumahnya dari masalah yang menimpanya” ungkapnya.
Adien Tsaqif, salah seorang penonton Pertja, mengaku sangat terhibur dengan lakon yang diangkat, selain hal tersebut anggota Ormawa Kentingan itu menerangkan ada nilai kehidupan yang dapat diambil. “Menurut kacamata saya sepintas kok akhir cerita Pertja berkaca pada konsep absurdisme Albert Camus, di mana pahlawan absurdisme yang sejati adalah mereka yang berani memberontak dan maju tak gentar menempuh perjalanan hidup demi menghadapi kehampaan absurditas kehidupan” jelasnya.
Adapun yang terlibat dalam Pertja adalah Aini, Alif, Enola, Erhoney, Sukesia sebagai pemain, kemudian Gerry dan Isnan sebagai pemain musik, operator lampu Alex, Awan, serta Memed. Melalui pertunjukan ini menunjukkan bahwa di masa yang serba terbatas ini teater masih dapat menunjukkan eksistensinya dan mampu menjadi hiburan bagi penikmatnya. (Rensi)