Page Detail

Pentas Istimewa KKTT Wiswakarman FIB UNS Pentaskan Rambat Rangkung

Pentas Istimewa KKTT Wiswakarman FIB UNS Pentaskan Rambat Rangkung

Memeluk kenyataan niscaya beban akan lebih ringan, hal tersebut bisa menggambarkan runtutan cerita lakon Rambat Rangkung dalam Pentas Istimewa yang diadakan oleh Kelompok Kerja Teater Tradisional (KKTT) Wiswakarman Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) pada malam Minggu (24/06/2023) di Sasana Kridha Mangkubumen, Surakarta. Pentas kali ini disutradarai oleh Septiana Dian, Mahasiswa Program Studi (prodi) Sastra Daerah FIB UNS. Tujuan mengangkat lakon tersebut Wiswakarman ingin mengingatkan kembali pada penonton tentang kesederhanaan dan keberanian menyampaikan kenyataan.

Cerita berpusat pada tokoh Rangkung yang ingin menggapai kebahagiaan dalam hidup namun terkendala pada batasan fisiknya, dia merasa serba salah dan terus menghukum dirinya dalam anggapan tidak berhak meraih suatu impian. Pertemuan Rangkung dengan Rambat agaknya menambah dilema tokoh Rangkung, perempuan muda yang sosoknya digambarkan rupawan itu, pasalnya ada pemuda bersahaja yang menaruh hati padanya, Rambat. Intrik cerita mengarah pada Rambat yang mengetahui kelemahan fisik Rangkung, namun dia tetap menerima pelbagai kekurangan tersebut.

Rangkung aku ora nyawang apa kurangmu, tresnaku ingkang nutupi kabeh kurangmu, tresnane awake dewe bakal nyampurnake kabeh kurange. (Rangkung aku tidak akan memandang kekuranganmu, cintaku yang menutupi semua, cinta kita akan menyempurnakan segala kekurangan)” ujar tokoh Rambat. Melalui dialog tersebut kita dapat belajar bahwa rasa dengan kesungguhan akan menutupi segala keterbatasan.

Ditemui selepas pementasan, ketua Pentas Istimewa KKTT Wiswakarman FIB UNS, Fina Dwi Sukma mengatakan bahwa dari seni dan budaya kita bisa belajar banyak hal terutama nilai untuk saling menerima. “Budaya mengajarkan kita untuk saling mengerti dan menerima, hal tersebut yang ingin kita sampaikan pada pentas kali ini, selain itu Pentas Istimewa adalah momentum KKTT Wiswakarman membuktikan pada masyarakan bahwa, kesenian Jawa khususnya Ketoprak juga tetap mendapatkan apresiasi dari para anak muda” tutupnya. (Gar/Rensi)