Mengenang Sapardi Djoko Damono, Kemasindo FIB UNS Gelar Malapsas 2020
Temaram pandemi Covid-19 tidak lantas menyurutkan niat untuk berhenti berkarya, hal itu dinampakan dalam kegiatan Malam Apresiasi Sastra (Malapsas) 2020, yang digelar Himpunan Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia (Kemasindo) Fakutas Ilmu Budaya (FIB) UNS, pada Sabtu malam (28/11/2020) secara virtual melalui kanal Youtube Kemasindo UNS, dengan mengangkat tema “Melipat Jarak”. Malapsas 2020 kali ini diadakan untuk mengenang sosok sastrawan besar Indonesia, Sapardi Djoko Damono.
Acara tahunan Kemasindo FIB ini meliputi, diskusi terkait karya sastra Sapardi yang dimoderatori Pradana Ricardo (mahasiswa Sastra Indonesia 2019), dengan narasumber Jawahir Gustav Rizal (alumni Sastra Indonesia 2014) dan Mahmud Zulfikar Rachman (mahasiswa Sastra Indonesia 2016). Selain diskusi juga terdapat sajian musikalisasi puisi, pembacaan puisi, performing arts dan pembacaan cerpen oleh mahasiswa Sastra Indonesia.
Perbincangan terkait karya sastra Saspardi Djoko Damono berlangsung dengan sangat santai, menurut Zulfikar puisi yang diciptakan mirip dengan puisi Chairil Anwar. “Puisi karya Sapardi ini bait-baitnya bernada, sangat cocok sekali untuk mewakili suasana tertentu. Mirip seperti puisi dari Chairil Anwar, karena itu beberapa puisi Sapardi banyak yang dilagukan atau musikalisasi puisi” paparnya.
Dalam diskusi ini Jawahir Gustav yang notabene pernah wawancara langsung dengan pencipta puisi Aku Ingin itu, mengatakan bahwa Sapardi adalah sosok eyang yang paham asmara anak muda. “Ketika magang pendidikan dulu saya memiliki kesempatan wawancara langsung dengan beliau, dengan bahasa yang sederhana Sapardi menjelaskan hobinya yang senang jalan-jalan di mall, kemudian mengamati muda-mudi yang sedang berpacaran. Dari hal tersebut saya bisa menggambarkan kalau Sapardi Djoko Damono adalah eyang-eyang yang paham asmara anak muda, lewat hobinya tersebut mungkin beliau melakukan riset kemudian melahirkan karya” ungkapnya.
Ditambahkan oleh Pradana Ricardo bahwa karya sastra Sapardi selalu menggunakan diksi yang sederhana, dirangkai dan kemudian disajikan indah dalam bentuk puisi. Sastrawan besar, Sapardi Djoko Damono memang telah berpulang, namun semangat dan produktifitasnya melahirkan puisi perlu ditiru. (Rensi)