Maiyang Resmanti Mahasiswa Sastra Indonesia FIB, Akui Prodinya Berperan Besar Dalam Torehan Prestasinya
Kabar gembira didapat dari prestasi salah satu mahasiswa program studi (prodi) Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS, Maiyang Resmanti. Mahasiswa tersebut selalu menoreh keberhasilan pada setiap ajang yang diikutinya. Keberhasilan yang Maiyang dapat meliputi, juara III Lomba Menulis Cerpen KPI’s Day, IAIN Pekalongan (tingkat nasional) tahun 2018, juara II Lomba Menulis Cerpen Kartini-Kartini’s Retrun XIV, UKM Pramuka FMIPA UNNES (tingkat nasional) tahun 2020, juara III Lomba Menulis Cerpen Simfoni Berkreasi, Ormawa SKI FIB UNS (tingkat nasional) tahun 2020, juara II Lomba Menulis Cerpen Safik 2020, Ormawa SSC FIB UNS (tingkat nasional) dan juara harapan II Lomba Menulis Cerpen Bermuatan Lokal, Balai Bahasa Jawa Tengah (tingkat nasional).
Prestasi yang didapat Maiyang selain karena faktor bakat yang dimiliki, juga karena asahan yang dia peroleh saat belajar pada berbagai mata kuliah di prodi. “Sastra Indonesia membuat saya menjadi lebih kritis menyikapi sebuah peristiwa, lantas sikap tersebut bisa saya konversikan menjadi karya. Contohnya mata kuliah telaah prosa telah mencambuk saya menjadi peka terhadap permasalahan atau unsur kritik sosial yang ada dalam sebuah cerita.” jelas mahasiswa kelahiran Pekalongan ini.
Dalam sebuah pencapaian pasti ada kunci untuk menujunya. Melauli pemaparan yang memikat Maiyang menerangkan, beberapa hal yang menjadi faktor kunci, hingga mahasiswa berkacamata ini dapat merah hasil makasimal disetiap kompetisi. “Coba saya ungkapkan beberapa faktor, yang bisa membuat karya saya relevan dengan hasilnya. Pertama karya harus disesuaikan dengan tema, kemudian ada unsur eksplorasi tema di dalamnya. Kedua sisi orsinalitas, tema boleh sama tapi ide harus selalu baru. Ketiga memperhatikan format penulisan, bahasa yang digunakan harus sesuai ejaan. Yang terkahir adalah bagaimana cara kita mampu membuat karya yang renyah dan enak dikunyah” terangnya.
Menukil kalimat dari Pramoedya Ananta Toer (Sastrawan), menulis adalah pekerjaan untuk keabadian. Berpijak dari kalimat tersebut Maiyang Resmanti mencambuk dirinya untuk lebih produktif lagi menulis, selain bentuk menuangkan gagasan dan ide, menulis juga bisa menjadi peluru utama menyampaikan pendapat maumpun kritikan, dengan cara yang lebih halus dan dapat dikemas menggunakan bahasa kiasan. (Rensi)