Mahasiswa Sastra Indonesia FIB UNS, Raih Juara 1 Pada Lomba Film Pendek Burjoism X Creachief
“Layaknya mie kotak, solid dan penuh rasa. Akan ada bagian-bagian tersembuyi dan kita pahami nantinya” sepenggal kalimat dalam film pendek berjudul Mie Kotak, yang menceritakan tiga orang sahabat yang mencoba saling mengerti dan memahami, cerita ini tergambarkan di sudut Kota Pekalongan, dari keseruan yang diliputi luapan emosi yang membuat mereka saling memaknai. Film garapan dari Maiyang Resmanti, Mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya UNS ini keluar menjadi Juara 1 Lomba Film Pendek Burjoism X Creachief.
Event lomba film pendek ini kerjasama antara Burjoism, salah satu warung makan di Pekalongan yang sering mengadakan berbagai macam perlombaan dengan Creachief, Konten Kreator Youtube yang tak jarang mengangkat film pendek. Mie Kotak ini merupakan film pertama dari Maiyang, dengan prinsip menghargai proses dan pengalaman, ketimbang menjadi pemenang. Nampaknya aspek tersebutlah, yang menjadi bumbu mahasiswa Prodi Sastra Indonesia angkatan 2018 ini menuai hasil maksimal.
“Kita lebih menghargai suatu proses. Karena proses dan pengalaman itu penting, apalagi kalau membuat suatu karya dilihat banyak orang. Terus, menurut saya karena kami berusaha sejalur sesuai dengan aturan dari pihak panitia. Karena ternyata banyak film pendek yang ikut tapi didiskualifikasi, seperti di copyright backsound, lalu di bagian softselling, sama film pendek yang sinematik berbeda dengan videografer. Mungkin juga usaha akan sebanding dengan hasil, karena kami membuat film ini lumayan lama, mulai dari menemukan ide, menulis skenario, revisi, mencari pemeran, take video, edit, finishing hampir satu bulan” jelasnya.
Mie Kotak dianggap sebagai menu yang dapat mewakili, warung burjo yang cukup tenar di Pekalongan itu. Hal ini yang melatar belakangi mahasiswa kelahiran 22 Mei mengangkat Mie Kotak, sebagai judul dalam film pendeknya, untuk tema diselaraskan oleh pihak panitia seputar kota batik.
“Tema dari pihak panitia mengenai 'segala tentang Pekalongan', waktu itu kami menyoroti tempat-tempat ikonik yang di Pekalongan sebagai latar. Ada beberapa dialek Pekalongan juga yang dimasukkan ke film. Lalu judul yang diangkat kami ambil dari salah satu menu makanan yang baru kami temui di Burjoism. Menu makanannya itu mie kotak. Kami berpikir kalau Mie Kotak itu mewakili Burjoism” tambahnya.
Patutnya kita menyadari bahwa seni dan budaya tetap bisa berbicara banyak di masa seperti ini, muncul sebagai penghibur dan membawa pesan yang menenangkan. Aspek ini patut ditekankan lebih lagi dengan penyampaian yang lebih dinamis, agar dapat menjangkau semua kalangan. Maiyang Resmanti dengan karyanya, yang terpilih menjadi Juara pertama diantara 70 peserta, seyogianya dapat menjadi contoh dan cambuk para generasi muda lainnya, agar lebih kreatif dalam mengekspresikan dan menyampaikan passion mereka.
Film dapat dilihat : https://www.youtube.com/watch?v=MgE4tcd21ac