Kuliah Umum Sastra di Universitas Xihua oleh Dosen Fakultas Ilmu Budaya UNS
Jembatan pemahaman budaya antara dua bangsa yang besar dapat dilakukan melalui pembacaan sastra dan sejarah. Hal itu dilakukan oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Dr. Dwi Susanto, S.S., M.Hum. yang memberikan kuliah umum di Fakultas Sastra dan Jurnalistik Universitas Xihua, Chengdu, Tiongkok, (19/11/2024). Kuliah umum ini merupakan kegiatan kerja sama tahun 2024 antara FIB UNS dengan Fakultas Sastra dan Jurnalistik Universitas Xihua.
Dr. Dwi mengatakan bahwa interaksi kebudayaan antara Tiongkok dan Indonesia sudah cukup lama terjadi dan memberikan warna atau sumbangan bagi kebudayaan masyarakat Indonesia. Secara khusus, pada era menjelang kemerdekaan, nilai-nilai kebudayaan itu termanifestasikan dalam karya sastra peranakan Tionghoa-Indonesia yang memberikan reaksi anti kolonial, yakni liberalisme yang mengkikis nilai tradisi mereka.
Dalam kuliah umum yang diikuti oleh mahasiswa dan dosen Fakultas Sastra dan Jurnalistik Universitas Xihua, Dr. Dwi, mengatakan bahwa karya sastra peranakan Tionghoa-Indonesia pada era kolonial memberikan bukti terdapat pergulatan identitas, perjuangan kelompok, dan sebagai reaksi atas segmentasi atau politik rasial yang digaungkan oleh pemerintah kolonial. “Persoalan politik rasial menjadi akar yang berkelanjutan dan menimbulkan kebencian antar ras dan sebagai wujud politik segresi pada masayarakat Indonesia di masa itu,” paparnya.
Pemaparan Dr. Dwi ditanggapi secara positif oleh Prof. Dr. Wang Xuedong, dosen sekaligus pakar kajian sastra Universitas Xihua. Beliau mengatakan bahwa fenomena kesastraan peranakan Tionghoa-Indonesia sesuai dengan riset yang sedang dia kerjakan, yakni ekspresi sosial dan kultural lagu yang ditulis oleh peranakan Tionghoa-Indonesia pada masa itu.
“Topik yang dijabarkan oleh Dr. Dwi Susanto dapat dikolaborasikan dengan riset yang sedang saya kerjakan sehingga pemahaman kultural dan ekspresi sosial tersebut dapat diungkapkan. Keragamaan kultural tersebut dapat memperkaya kebudayaan masyarakat Indonesia” terang Prof. Dr. Wang.
Dari kegiatan ini muncul suatu pemahaman bahwa, riset dan publikasi tentang interaksi kebudayaan Tiongkok dengan Indonesia perlu dilakukan secara kolaboratif seperti pendirian Chinese Overseas Studies atau Chinese Heritage Center di FIB UNS. (DWPUPFIB/Partingsih, M.A./HUMAS FIB)