Kuliah Umum Prodi Sastra Indonesia FIB UNS: Kembangkan Wawasan Mahasiswa Tentang Budaya dan Bahasa
Menggelar suatu kegiatan untuk menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa lumrah digencarkan oleh beberapa program studi (prodi), sama halnya seperti Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) yang mengadakan Kuliah Umum bagi mahasiswa angkatan 2022. Kegiatan tersebut digelar secara hybrid pada Selasa pagi (08/10/2022) dengan mengangkat tema Merajut Keragaman Budaya dalam Konteks Keindonesiaan.
Hadir sebagai narasumber dalam Kuliah Umum Sastra Indonesia kali ini, Dr. Edy Jauhari, M. Hum., Dosen FIB Universitas Airlangga, Surabaya dan Dr. Sukarjo Waluyo, S.S., M.Hum., Dosen FIB Universitas Diponegoro, Semarang. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Prodi Sastra Indonesia FIB UNS, Dr. Dwi Susanto, S.S., M.Hum., menurut beliau Kuliah Umum selalu diadakan di setiap semester, tujuannya untuk memberikan wawasan keilmuan bagi para mahasiswa.
Secara daring melalui Zoom Meeting Dr. Edy Jauhari, sebagai narasumber pertama menjelaskan tentang Bahasa dan Kesantunan Berkomunikasi. Menurut beliau bahasa dan kesantunan itu penting diangkat dalam suatu diskusi, karena dalam setiap bentuk komunikasi wajib berlangsung dengan santun. Melalui pemaparannya Dr. Edy Jauhari juga menerangkan bahwa norma kesantunan masing-masing daerah berbeda.
“Mengapa cara mengekspresikan kesantunan itu bisa berbeda-beda? Hal itu dipengaruhi oleh norma sosiobudaya yang dianut oleh kelompok masyarakat yang bersangkutan. Karena norma sosiobudaya tiap kelompok masyarakat berbeda-beda, maka tidak mustahil apa yang dinilai santun oleh kelompok masyarakat tertentu justru dinilai tidak santun oleh kelompok masyarakat lainnya sehingga dalam komunikasi lintas budaya bisa timbul friksi kesantunan. Friksi in bisa terjadi karena dipengaruhi oleh perbedaan norma sosiobudaya” lugas Dr. Edy Jauhari.
Dari tempat berbeda melalui platform yang sama, pembicara kedua, Dr. Sukarjo Waluyo menyinggunng tentang Oral Story Dan Material Culture Jawa Pesisir: Potret Keanekaragaman Identitas Dan Budaya. Lugas beliau menanyakan kenapa Jawa sering identik dengan pertanian. “Dennys Lombard dalam bukunya Le Carrefour Javanais mengemukakan bahwa dalam kesusasteraan Jawa, hampir tidak terdapat petualangan heroik di laut. Sementara itu, orang-orang Sumatera bercerita pelayaran Hang Tuah. Masyarakat Sulawesi Selatan, mengembangkan wiracerita La Galigo” katanya.
Menyeka keresahan tentang minimnya eksistensi Jawa Pesisir, Dr. Sukajo Waluyo menjawab dengan keindahan beberapa daerah atau kota yang kerap disebut sebagai kawasan Muria. “Kawasan Muria terdiri dari lima kabupaten, yaitu Jepara, Kudus, Pati, Rembang, dan Blora. Terdapat juga wacana terkait munculnya dinamika untuk pembentukan Provinsi Muria Raya” imbuhnya.
Kegiatan ini dimoderatori oleh Asep Yudha Wirajaya, S.S., M.A., Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB UNS. Para peserta yang terdiri dari Mahasiswa Sastra Indonesia FIB UNS angkatan 2022, hadir secara langsung di Ruang Seminar Gedung I. Suharno FIB UNS. Selain memberikan pengetahuan, kegiatan ini juga sebagai wadah bagi para peserta untuk menggali sebanyak-banyaknya terkait ilmu linguistik dan sastra. (Rensi)