Page Detail

Kerja Sama Prodi Sastra Indonesia dan RRI Bahas Sastrajendra serta Ajak Mahasiswa Kuliah Lapangan

Kerja Sama Prodi Sastra Indonesia dan RRI Bahas Sastrajendra serta Ajak Mahasiswa Kuliah Lapangan

Kerja sama yang sudah terjalin antara Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta mengellar banyak kegiatan yang mampu memberi pemahaman budaya, sastra, dan bahasa dengan lebih segar. Kali ini (6/11/2024) Guru Besar FIB UNS, Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum., kembali mengisi Jagongan RRI Pro 4 FM mengajak diskusi tentang Sastrajendra.

Prof. Bani dalam pemaparannya mengatakan bahwa lakon Sastrajendra sering dipentaskan dalam pertunjukan wayang Jawa. Cerita tentang Sukesi dan Begawan Wisrawa merupakan bagian dari kisah Sastrajendra, khususnya pada bab terakhir yang dikenal sebagai Uttarakanda.

“Kisah ini menekankan ajaran tentang pengendalian hawa nafsu, kebijaksanaan, dan penyucian jiwa. Ajaran tersebut kerap muncul dalam lakon yang berkaitan dengan Dewa Ruci atau kisah lain yang menggambarkan perjalanan spiritual serta pencarian makna hidup. Namun, kisah ini tidak ditemukan dalam versi asli Ramayana yang berkembang di Jawa,” papar Prof. Bani.

Prof. Bani Juga menambahkan bahwa Sastrajendra disebut juga dengan sastra cetho. Berasal dari kata "cetho" dalam bahasa Jawa yang berarti jelas. Julukan ini diberikan karena isi dari Sastrajendra yang sudah cetho dan tidak perlu dituliskan maupun dilisankan lagi. Resi Wisrawa mendapatkan karmanya berupa kelahiran ketiga anaknya yang terlahir sebagai diyu. Akibat dari tindakannya melisankan isi Sastrajendra demi memenuhi syarat Sukesi yang memintanya membacakan isi dari Sastrajendra sebagai syarat perkawinan mereka.

Pungkasi Jagongan, Prof. Bani mengungkap amanat yang dapat diambil pada pembahasan tentang Sastrajendra. “Manusia adalah makhluk yang kecil dan serba terbatas, seperti setitik air yang membasahi ujung pena (ilmu manusia). Manusia memiliki keterbatasan sehingga dalam hidup harus selalu berhati-hati dan waspada, serta sebaiknya hidup arif dan bijaksana. Jika tidak, dapat terkena halat atau karma, bila mengucapkan sesuatu yang bukan tempatnya atau emosi,” pungkasnya.

Kegiatan kali ini juga merupakan kuliah lapangan mahasiswa, Adapun salah satu kegiatannya yaitu mendengarkan siaran dan menyaksikan pertunjukan pentas yang diadakan di Auditorium RRI Surakarta. Kerja sama ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya Jawa, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang lebih interaktif bagi mahasiswa. Dengan melibatkan generasi muda dalam program siaran radio, harapan akan keberlanjutan budaya Jawa di tengah derasnya modernisasi tetap terjaga. Kegiatan seperti ini menunjukkan bahwa media tradisional seperti radio masih memiliki daya tarik tersendiri dan dapat bertransformasi menjadi sarana edukasi yang relevan di era digital.

(Rilis Tim Fadila, Fausta, Firda, Najwa, wisita, Berliana, Anisah, Lutfia , Mutia  Nayla,  Amara, Sasnti/Humas FIB)