HMP Pandawa Sastra Daerah FIB UNS, Gelar Diskusi Online dengan Membahas Psikologi dalam Karya Sastra Jawa
Menikmati sunyi dengan diskusi ilmu hal tersebut dianggap paling efektif, guna mengisi kegiatan yang postif di tengah pandemi Covid-19, yang mengharuskan kita meminimalisir pertemuan dan perkumpulan. Mengilhami hal itu HMP Pandawa Sastra Daerah, Fakultasi Ilmu Budaya (FIB), UNS, mengadakan diskusi online dengan tema Psikologi dalam Karya Sastra Jawa, pada Sabtu (5/12/2020) melalui platform Zoom Meeting. Dalam diskusi ini menghadirkan Sunarno, S.Psi., M.A (dosen jurusan Psikologi Islam IAIN Kediri) dan Arsyta Wulandari sebagai moderator.
Tanggapan positif dilantunkan oleh Dr. Prasetyo Adi Wisnu Wibowo, S.S., M.Hum, selaku pembina HMP Pandawa Sastra Daerah FIB UNS, menurutnya diskusi keilmuan harus digalakkan pada masa pandemi. “Pandemi Covid-19 jangan menjadi halangan, untuk kita bersama menambah pengetahuan. Kita harus tetap semangat” jelasnya.
Diskusi online kali ini dikuti oleh 80 orang peserta terdiri dari mahasiwa, tenaga pendidik prodi Sastra Daerah dan masyarakat umum yang tertarik pembahasan psikologi sastra. Sunarno menyinggung tiga macam teks yang dapat menjadi contoh karya sastra Jawa. Yakni, kakawin, kidung dan juga tembang. Dalam diskusi ini pembahasan mendalam lebih merujuk pada tembang. Tembang atau lagu di era modern saat ini begitu mudah diketahui oleh setiap kalangan, karena hal tersebut dosen IAIN Kediri ini menganggap tembang lebih relevan untuk didiskusikan.
“Kakawin, kidung dan tembang saya anggap ketiganya mampu menjadi contoh atau menggambarkan karya sastra Jawa. Namun, di era modern saat ini tembang menjadi sangat akrab untuk dikonsumsi bagi semua aspek dan kalangan. Untuk itu diskusi pada kali ini saya fokuskan pembahasan tentang tembang, mengupas unsur psikologi dalam liriknya dan hal apa yang ingin disampaikan oleh pencipta” terangnya.
Psikologi sastra merupakan kajian sastra yang pusat perhatiannya pada aktivitas kejiwaan baik dari tokoh yang ada dalam suatu karya sastra, pengarang yang menciptakan karya sastra, bahkan pembaca sebagai penikmat karya sastra. Dalam pembahasannya Sunarno juga menekankan bahwa sastra jawa sebagai ekspresi kebudayaan mampu menjawab persoalan pada zaman sekarang maupun yang akan datang.
“Sastra jawa sebagai ekspresi kebudayaan mampu menjawab persoalan-persoalan pada zaman sekarang maupun yang akan datang. Sehingga fungsi dari sastra itu sendiri adalah sebagai sarana mencari jawaban atas persoalan mengenai kehidupan maupun kebudayaan” paparnya.
Akhir dalam diskusi online HMP Pandawa merujuk pada himbauan, kepada generasi penerus untuk melestarikan sastra Jawa. Selain menunjukan kegemilangan suatu bangsa, sastra juga hadir sebagai pengajaran yang menuntun pada solusi. “Sastra jawa menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang gemilang karena kekayaan dalam bidang kebudayaannya. Namun jika tidak ada yang melestarikannya maka nilai seni dan kebudayaan tersebut akan berhenti pada artefak-artefak saja. Tidak alasan untuk tidak mempelajari nilai-nilai kebudayaan terutama sastra jawa” pungkas Sunarno. (Rensi)