Page Detail

Genap Satu Tahun Berdiri, Kajian Vorstenlanden Laboratorium Sejarah FIB UNS Gelar Webinar Bahas Masyarakat Multikultural Vorstenlanden

Genap Satu Tahun Berdiri, Kajian Vorstenlanden Laboratorium Sejarah FIB UNS Gelar Webinar Bahas Masyarakat Multikultural Vorstenlanden

Kajian Vorstenlanden Laboratorium Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Univesitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, menggelar webinar dengan tajuk Masyarakat Multikultural Vorstenlanden pada Sabtu (13/02/2021) melalui platform Zoom Meeting dengan dihadiri oleh 338 peserta yang terdiri dari mahasiswa, guru, dan dosen ilmu sejarah se-Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan guna optimalisasi Laboratorium Sejarah sebagai pusat kepakaran sejarah kewilayahan. Webinar ini menghadirkan Dr. Susanto, M.Hum (FIB UNS) dan Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putfha, M.A., M.Phi (FIB UGM) sebagai pembicara.

Webinar yang dimoderatori oleh Asti Kurniawati, S.S., M.Hum ini mengulas faktor yang menyebabkan perubahan dan pasang surut hubungan antar komunitas di lingkup Vorstenlanden. Secara terperinci Dr. Susanto memfokuskan pembahasan mengenai masyarakat multikultural Vorstenlanden terutama di wilayah Surakarta masa kolonial. Uraiannya meliputi sejarah munculnya fenomena multikultural di surakarta sejak awal berdirinya Surakarta, kehidupan sosial serta gaya hidup mereka.

Kata Vorstenlanden secara harafiah berarti tanah atau wilayah kerajaan. Istilah ini dipahami dan dikenal sejak akhir Perang Diponegoro, karena batas-batas wilayah Vorstenlanden sudah semakin jelas. Sejarah munculnya fenomena mulitikultural di Surakarta dimulai ketika situasi huru-hara geger pacinan pada 1741, sehingga ibukota Mataram Kartasura dipindahkan ke Surakarta. Karena peristiwa tersebutlah melahirkan berbagai komunitas. Misalnya, komunitas kulit putih, komunitas Eropa di Surakarta, komunitas Cina, Arab dan pribumi” jelas Dr. Susanto.

Pembahasan Dr. Susanto tersebut ditambahi oleh antropolog UGM, Prof. Heddy, dalam materinya yang berjudul Multikulturalisme di Vorstenlanden menyinggung bahwa masyarakat Surakarta Yogyakarta terutama di Vorstenlanden merupakan masyarakat plural yang tidak menyatu. “Sering disebut dengan masyarakat gado-gado (masyarakat Surakarta Yogyakarta di Vorstenlanden) keinginan untuk saling memahami budaya lain belum tinggi, tidak selalu senang dengan perbedaan budaya” imbuhnya.

Kegiatan yang dipandu oleh Yusana Sasanti Dadtun, S.S., M.Hum ini memberikan banyak pemahaman tentang Vorstenlanden di Surakarta. Mulai dari substansi Vorstenlanden kemudian menyinggung pemahaman masyarakat yang mulikultural. Kegiatan semacam ini adalah kegiatan tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Kajian Vorstenlanden Laboratorium Sejarah, guna memajukan peradaban laboratorium yang diresmikan pada  (13/02/2020) ini berencana untuk menjadi pusat data dan pusat kajian mengenai daerah Vorstenladen di Indonesia. (Rensi)