Gastronomi Seni dan Kuliner dikuak oleh Dosen Prodi Sastra Indonesia dalam Jangkah
Menyadari bahwa di dalam naskah terdapat banyak nilai yang bisa diambil sebagai bekal kehidupan, getol menyerukan hal tersebut Dosen Program Studi (prodi) Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS), Asep Yudha Wirajaya, S.S., M.A., menjadi narasumber dalam diskusi tentang naskah yang diadakan oleh Pura Pakualaman, Yogyakarta dengan tajuk Jagongan Naskah (Jangkah).
Kegiatan kali ini Asep Yudha membahas tentang Gastronomi: Menjelajah Seni dan Sains Kuliner. Selain dosen pengampu mata kuliah pengantar filologi tersebut ada Dwi Mahendra Putra (filolog naskah Bali), Asep Yudha dalam materinya menjelaskan tentang asal muasal gastronomi, ragam komoditas, gastrodiplomasi, gastronomi di Indonesia, dan peran teknologi dalam gastronomi modern.
Secara singkat Asep Yudha menjelaskan pengertian gastronomi, menurut beliau gastronomi merupakan turunan kata dari bahasa Yunani kuno gaster (perut) dan nomos (hukum) jika digabung maknanya menjadi seni atau hukum yang mengatur urusan perut. Asep Yudha juga menyinggung bahwa menurut catatan dalam jejak waktu, merujuk pada catatan tertua yang ditulis oleh Cladius Ptolemaeus menunjukkan bahwa Nusantara sebagai penghasil rempah terbaik dunia.
“Pala, cengkih, lada, kayu manis, dan cendana adalah komoditas yang banyak dicari pedagang Eropa kala itu. Lantas jika saya menyinggung kuliner otentik nusantara itu citarasanya dipengaruhi sejarah dan budaya, dengan menonjolkan komponen penting yaitu rempah-rempah, tradisi dan cerita yang memperkuat sajian tersebut” ujar Asep Yudha.
Dalam materinya Asep Yudha juga memberikan informasi tentang kuliner Tanah Air yang melanglang dunia. Misalnya, Rendang yang pernah dinobatkan sebagai makanan terenak dunia versi CNN tahun 2011, selain Rendang ada Sate, Soto, dan Nasi Goreng. “Ada beberapa naskah yang menjelaskan bahwa nusantara memiliki bumbu dan cara mengolah mencampur bumbu dengan bahan makanan. Karena itu Indonesia begitu kaya dan beragam sehingga menghasilkan makanan dan tradisi kuliner yang luar biasa” pungkasnya (Gar/Rensi)