Page Detail

FIB Gelar Pembahasan Tentang Penyakit dan Wabah dalam Perspektif Naskah Kuna

FIB Gelar Pembahasan Tentang Penyakit dan Wabah dalam Perspektif Naskah Kuna

 

Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta lewat Grup Riset Filologi, mengadakan webinar tentang penyakit dan wabah dalam perspektif naskah kuna. Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama antara: Manassa UPT Musem Kota Surakarta, Fakultas Ilmu Budaya dan HISKI Komisariat Solo. Dilakasanakan pada, Sabtu-Minggu (29-30/8/2020).  

Kegiatan tersebut berlangsung secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting dan siaran langsung kanal Youtube yang diikuti oleh sekitar 100 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia. Webinar tersebut menghadirkan 6 pembicara utama yaitu Prof. Oman Fathurahman, Prof. Istadiyantha, Prof. Bani Sudardi, Dr. Munawar Holil, Totok Yasmiran, dan Prof. Madya Awang Azman Awang Pawi.

“Webinar kali ini pesertanya  hampir dari seluruh propinsi di Indonesia (mulai Aceh, Padang, Palembang, Riau, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, Kaltim, Kalteng, Sulsel, Sulteng, Papua, dan bahkan ada yang dari Malaysia (total hari pertama 125 orang & hari kedua 132 orang)”  jelas Asep Yudha Wirajaya, S.S., M.A (Sekretaris Manassa Cabang Surakarta)

Tujuan diadakan diselenggarakan acara ini, menurut Asep Yudha adalah:

  1. Menginventarisir naskah-naskah kuna yg membahas tentang wabah dan penyakit beserta pengobatannya;
  2. Memberikan masukan pada khalayak umum bahwa nenek moyang kita sudah memiliki kearifan yg terkait dengan penanganan wabah dan penyakit.
  3. Membuka peluang kajian-kajian interdisipliner agar segera dapat ditemukan obat yang tepat

Sembari mengerutkan kening kepala, dosen Fakultas Ilmu Budaya UNS itu mengatakan. “Saat ini negara sedang dalam kondisi di ambang resesi akibat wabah yang berkepanjangan. Oleh karena itu, perlu langkah-langkah konkret agar upaya penanganan wabah dapat dilakukan secara efektif & efisien. Salah satunya membuka kembali khazanah budaya nenek moyang kita yang ternyata memiliki kearifan lokal yang terkait dengan penanganan wabah/penyakit” ungkapnya.

Prof. Madya Awang Azman Awang Pawi, memberikan pemaparan

Pembicara pertama merupakan dosen di Akademi Pengajian Melayu (APM) University of Malaya, Malaysia Prof. Madya Awang Azman Awang Pawi yang membawakan materi tentang merawat akal budi ditinjau dari perspektif Syair Ikan. Dalam Syair Ikan, penyair menyerukan kepada masyarakat untuk melakukan perubahan dalam hidup yakni mengubah perilaku negatif menjadi perilaku positif. Dalam hal ini, masyarakat perlu melakukan perintah-Nya

“Asas pegangan agama yang kukuh merupakan faktor utama dalam merawat akal budi masyarakat. Hal ini karena masyarakat yang mempunyai keimanan, keyakinan, dan kepercayaan terhadap kekuasaan Allah Swt akan menjadi benteng agar tidak terjerumus dengan tipu daya dunia. Berdasarkan petikan Syair Ikan, penyair menyampaikan beberapa pesan kepada masyarakat untuk merawat akal budi,” jelasnya.

Prof. Oman Fathurahman, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah yang juga staff ahli Kementrian Agama RI. Dalam paparannya  Prof. Oman menyampaikan bahwa siklus wabah selalu terulang dan dari sana membentuk kebudayaan baru. Hal tersebut banyak tersurat pada catatan maupun manuskrip nusantara pada masa lampau.

“Wabah selalu membuat kebudayaan baru, misalnya, memakai masker dan jaga jarak. Hal ini karena bangkitnya gairah keilmuan dan riset di bidang medis khususnya terkait penyakit atau wabah. Selain itu, lahir penafsiran keagamaan yang menekankan keseimbangan iman dan akal. Jadi wabah dapat melahirkan huruf, aksara dan karya” terangnya

Dr. Munawar Holil (Ketua Umum Manassa Pusat)

 

Dr. Munawar Holil, Ketua Umum Manassa Pusat dan juga pendidik Faklutas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI), menjadi pembicara pamungkas dalam acara ini. Adapun  materi yang dibahas secara gamblang mengenai penyakit kolera dalam naskah Wawasan Piwulang Panulak Panyakit Kolera (WPPPK). Dalam naskah tersebut, terdapat anjuran untuk tetap di rumah saat terjadi wabah.

 Malah agama marentah, wajib keur ngaraksa diri, naon nu jadi malarat, ulah pisan wani-wani, lamun aya panyakit, nu sanget di hiji lembur, ulah nyaba ka dinya, ti dinya teu meunang nyingkir, cocog pisan reujeung aturan nagara. Artinya, malah agama memerintahkan wajib untuk menjaga diri, apa yang membuat sengsara, jangan sekali-kali berani, kalau ada penyakit, yang berbahaya di sebuah kampung, jangan berkunjung ke sana, dari sana tidak boleh pergi, sesuai dengan aturan negara,” terangnya.

Dalam naskah tersebut, terdapat banyak informasi tentang protokol penanganan kolera yang beberapa di antaranya relevan dengan Covid-19. Melalui webinar ini, diharapkan seluruh masyarakat mampu memahami bahwa pada zaman lampau banyak manuskrip yang mengkaji mengenai wabah dan penyakit. Hal ini merupakan khazanah kekayaan Nusantara yang perlu dilestarikan dan digali lebih dalam.