Page Detail

Dua Mahasiswa Sastra Arab FIB UNS Sabet Juara II Tingkat Nasional di Gradasi UIN Sunan Gunung Djati, Bandung

Dua Mahasiswa Sastra Arab FIB UNS Sabet Juara II Tingkat Nasional di Gradasi UIN Sunan Gunung Djati, Bandung

Pengembangan prestasi pada mahasiswa getol diramu oleh program studi (prodi), misalnya saja Prodi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) yang memberikan bekal literasi tentang sastra dan kebahasaan, sukses menghantarkan dua mahasiswa angkatan 2021 menjadi juara dua kompetisi tingkat nasional yang diadakan oleh  Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung bertajuk Gradasi (Gelanggang Kreasi Dunia Arab Berprestasi).

Brillian Najwa Nayantaka menjadi juara di kategori qiro’atu syi’ir, dia mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga besar Prodi Sastra Arab FIB UNS. Nada sama juga dilantunkan oleh Marchelia Nindya Fadhilah, bersua di aplikasi Whatsapp Rabu pagi (24/05/2023) Marchelia menuturkan bahwa jika bukan karena prodi dia akan minim referensi tentang taqdimul qissoh.

“Bisa menjadi juara dua di kategori taqdimul qissoh pada kompetisi ini semua tidak luput karena peran Prodi Sastra Arab FIB UNS yang memberikan saya pemahaman secara lebih kompleks terkait teknik dan kebahasaan. Taqdimul qissoh merupakan seni bercerita menggunakan bahasa Arab, jadi kita perlu banyak belajar tentang teknik pelafalan, intonasi, dan vocal yang tepat. Beberapa aspek itu selain sudah dipelajari di matakuliah Sastra Arab saya juga dibimbing lebih mendalam oleh Bapak Malik (Dosen Prodi Sastra Arab FIB UNS)”

Setiap pencapaian pasti terdapat beberapa kunci sukses yang dilakoni, misalnya Brillian membaca berkali-kali materi yang akan dikompetisikan dan menebas rasa tidak percaya diri dengan berdoa. Sementara itu Marchelia menjelaskan kunci utamanya adalah membawakan suatu cerita yang dekat dengan kehidupan dan karakternya.

Ada hal yang patut ditiru dari kedua mahasiswa berprestasi ini, poin kesamaan kunci sukses mereka berdua adalah sistematis. Brillian dan Marchelia keduanya sangat terstruktur menyiapkan diri jelang menghadapi kompetisi, misalnya Brilian, dia membaca dan mengartikan karya yang akan dikompetisikan. Marchelia lebih sistematis dengan menaruh lini masa jelang dia berlaga, kejelasan garis waktu kapan dia harus belajar intonasi, memperdalam atmosfer cerita, hingga gladi kotor menuju kompetisi dia tegas perhatikan.

Jelang rampung wawancara pesan untuk kita semua dari Brillian dan Marchelia adalah proses harus ditapaki dengan pemikiran yang mendalam, karena dari proses yang benar akan mendapatkan hasil maksimal. “Ayo jangan lelah berproses, ah jika berposes saja sudah lesu kita tidak bisa melihat progress terjadi” pungkas Brillian dan Marchelia. (Gar/Rensi)