Page Detail

Dialog Interaktif Bersama RRI Surakarta Prof. Bani Paparkan Tradisi Kupatan

Dialog Interaktif Bersama RRI Surakarta Prof. Bani Paparkan Tradisi Kupatan

Guru Besar Program Studi (prodi) Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS), Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum , memberikan pemahaman pada masyarakat luas tentang tradisi kupatan. Dalam acara Dialog Interaktif yang diadakan oleh Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta (28/04/2023) Prof. Bani membeberkan beberapa nilai dari kupat antara lain sebagai perekat beberapa hubungan yang sudah berjarak, selain itu ada akronim dari bahasa Jawa yang mengatakan kupat ‘ngaku lepat’ (mengakui salah/saling memaafkan).

Kegiatan yang bertajuk Memaknai Nilai-nilai Tradisi Kupatan ini mengudara berkat kerja sama yang terjalin antara FIB UNS dengan RRI Surakarta, dari dialog ini diharapkan banyak masyarakat yang tercerdaskan. Prof. Bani dalam pemaparannya mengatakan bahwa tradisi kupatan sudah dikenal masyarakat Jawa sejak lampau.

“Kata kupat sudah dikenal oleh masyarakat Jawa sejak abad ke-9 pada masa Maharaja Balitung dengan sebutan kupatay tertulis di dalam Kakawin Ramayana yang merupakan kakawin tertua dalam sastra Jawa. Kata kupat juga terdapat dalam naskah Kakawin Sumbadrawiwaha serta Kidung Sri Tanjung  tutur Prof. Bani.

Prof. Bani juga mengajak para pendengar RRI Pro 1 101 FM mengayuh pemahaman tentang sejarah perjalanan kupat. “Kupat merupakan kata yang sudah lazim dikenal di dalam masyarakat Jawa. Kupat merupakan makanan yang dimakan secara biasa atau dulu dijadikan sebagai sesaji sebagai bentuk penghormatan kepada Dewi Sri. Namun seiring perkembangan agama Islam kupat diberi makna baru sebagai makanan khas pada saat Idulfitri, dengan jarwa dhosok ngaku lepat yang berarti saling memaafkan.” paparnya.

Ketupat  yang dalam bahasa Jawa disebut dengan kupat selain hidangan pokok yang lezat ketika lebaran, ternyata di dalamnya kaya akan makna kentara Prof. Bani menjelaskan bahwa kupat itu hidangan yang magis menjadi titik pikat untuk menumbuhkan silaturahmi, selain itu makna yang sudah dijelaskan oleh beliau menjadi nasehat untuk kita semua jika ada kupat dihari suci haruslah ada hati yang bersih untuk ngaku lepat.  (Gar/Rensi)