Page Detail

Di Undang Tribun Network, Dosen Prodi Sastar Indonesia FIB UNS Bahas KKN Di Desa Penari

Di Undang Tribun Network, Dosen Prodi Sastar Indonesia FIB UNS Bahas KKN Di Desa Penari

Horor menjadi salah satu genre sajian seni yang selalu dinanti bagi setiap penikmatnya, terbukti kurun waktu belakangan ini banyak film horor yang release dan laris di tonton oleh masyarakat Indonesia. Berangkat dari hal tersebut Dosen Program Studi (prodi) Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS), Asep Yudha Wirajaya, S.S., M.A. menjadi salah satu penulis dalam buku berjudul Sastra Horor. Beliau juga diundang sebagai narasumber oleh Tribun Network dalam kegiatan bertajuk Tukar Tutur Sastra Horor.

 Kegiatan ini (11/06/2024) berlangsung secara daring, disiarkan langsung melalui beberapa kanal Youtube naungan dari Tribun Network. Asep Yudha dalam materinya yang berjudul Film KKN Di Desa Penari: Transformasi Visual Cultural Local Ghostlore membahas secara detail tentang subtansi ghostlore, transformasi visual cultural local, dan ekranisasi. Menurut beliau ghostlore adalah bagian dari folklore yang berkaitan dengan cerita-cerita hantu dan makhluk gaib.

“Ghostlore mencakup berbagai kisah, legenda, dan mitos yang menggambarkan pengalaman supranatural, sering kali berakar pada kepercayaan dan tradisi lokal. Dengan kata lain, ghostlore merupakan kumpulan cerita, mitos, dan legenda tentang hantu dan entitas gaib yang diturunkan secara lisan atau tertulis dari generasi ke generasi dalam sebuah budaya” terang Asep Yudha.

Visual culture menurut Asep Yudha adalah tentang kajian bagaimana gambar, objek visual, dan representasi visual lainnya berperan dalam membentuk dan merefleksikan aspek budaya. Ini mencakup seni, film, fotografi, iklan, media digital, mode, dan berbagai bentuk komunikasi visual lainnya. “Aplikasi visual culture di Indonesia, misalnya dalam film KKN Di Desa Penari Terdapat pengambaran budaya lokal seperti elemen ritual budaya atau kepercayaan, pakaian, dan setting desa. Atmosfer horor yang dibangun begitu dekat karena mengambil representasi hantu lokal” jelanya.

Dosen sekaligus Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manasa) Surakarta tersebut mengatakan beberapa daya tarik dari film KKN Di Desa Penari. Misalnya, diangkat dari kisah nyata,mengangkat budaya lokal yang sangat kental dengan ghostlore, elemen horor yang kuat, dan kualitas produksi sinematografi berkualitas. “KKN Di Desa Penari berhasil mengundang 6,5 juta penonton. Salah satu faktornya menurut saya karena ghostlore” pungkas Asep Yudha. (Humas FIB UNS)