Page Detail

Belajar Politik dan Tata Pemerintahan dari Majapahit, FIB UNS Gelar Kuliah Umum Kebudayaan

Belajar Politik dan Tata Pemerintahan dari Majapahit, FIB UNS Gelar Kuliah Umum Kebudayaan

Selain dapat menemukan kemegahan, menelusuri sejarah diharap mendapatkan edukasi dan solusi bagi permasalahan di masa kini maupun masa yang akan datang. Berkaca dari hal itu Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) mengajak mahasiswa untuk menengok kembali masa kejayaan Majapahir dari aspek politik dan kempimpinan pada kegiatan Kuliah Umum Kebudayaan bertajuk “Budaya Politik dan Tata Pemerintahan di Jawa Masa Lalu: Prespektif Majapahit”.

Kegiatan ini dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-48 UNS yang dilaksanakan pada Rabu (06/03/2024) di Ruang Seminar Gedung I. Suharno FIB UNS. Adapun narasumber dalam kegiatan ini merupakan arkeolog sekaligus guru besar dari Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Agus Aris Munandar, M.Hum.. Sementara itu, Kepala Program Studi Ilmu Sejarah FIB UNS, Dr. Waskito Widi Wardojo, S.S., M.A. bertugas sebagai moderator.

Dekan FIB UNS, Prof. Dr. Warto, M.Hum, dalam sambutannya mengatakan bahwa melalui sejarah kita akan menemukan nila-nilai kearifan yang berguna sebagai penuntun perjalanan. “Melalui sejarah kita juga dapat melacak peradaban masa lalu untuk kemajuan peradaban di masa depan” lugasnya.

 Prof. Agung Aris menyampaikan terdapat beberapa perspektif tentang sifat yang harus dimiliki oleh seorang raja. “Kitab Brhadaranyaka Upanishad menyebutkan acuan yang harus diperhatikan oleh seorang raja. Seorang raja harus senantiasa menjaga martabat kebansawanan, memiliki jiwa yang agung, etika, dan perilaku yang dapat di teladani, memiliki sifat melindungi kehidupan, melindungi yang lemah dan terluka, sifatnya bagaikan matahari yang memeberikan anugerah dengan sinarnya, namun juga menjelma sebagai penghancur bagi musuh-musuhnya melalui sengat panasnya, serta melindungi kehidupan para agamawan” paparnya.

Garis relevansi yang dapat ditarik hingga masa saat ini menurut Prof. Agung Aris adalah bentuk tata kota seperti alun-alun. “Aspek-aspek kebudayaan yang awalnya dikembangkan pada zaman Majapahit tetap dilanjutkan dalam kebudayaan Islam Indonesia, dan juga di masa yang lebih kemudian. Contoh yang paling nyata adalah aspek tata kota yang terdapat tanah lapang atau alun-alun sejak era Majapahit hingga kerajaan Islam di Jawa. Pencapaian peradaban Majapahit tetap menjadi salah satu acuan bagi kebudayaan Indonesia modern, karena Majapahit merupakan kerajaan terbesar dalam masa klasik, banyak bentuk hasil budaya yang dijayakan pada masa Majapahit, pengaruh kuasa dan budayanya dirasakan hingga pulau-pulau Nusantara dan Asia Tenggara” imbuhnya.

Melalui Kuliah Umum Kebudayaan tersebut niscaya kita diingatkan untuk mejalin relasi yang baik dengan sejarah, jangan hanya menganggap sejarah sebagai cerita masa lampau yang tanpa daya tenaga. Namun sejarah merupakan catatan kejayaan di masa lalu yang dapat kita ambil inti sarinya untuk pedoman menata masa yang akan datang. (Humas FIB)