Page Detail

Belajar dari Vorstenlanden Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS Gelar Webinar untuk Terjang Tantangan Zaman

Belajar dari Vorstenlanden Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS Gelar Webinar untuk Terjang Tantangan Zaman

Layaknya sebuah garis waktu bahwa masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang saling berhubungan erat mencipta suatu hasil tertentu, baik buruknya hasil tersebut tergantung bagaimana kita mengambil sebuah kesempatan di suatu masa tersebut. Merangkul pemahaman itu Program Studi (prodi) Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar webinar series bertajuk Vorstenlanden Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan.

Kegiatan yang digelar secara online dengan menggunakan Zoom Meeting ini mengundang Prof. Dr. Suhartono (sejarawan) dan Dr. Dhanang Respati Puguh, M.Hum. (Dosen FIB Universitas Diponegoro, Semarang). Webinar series yang diadakan pada Kamis jelang tutup bulan Maret (30/03/2023) ini dimoderatori oleh Dosen Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS, Insiwi Febriary Setiasih, S.S., M.A.

Kepala Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS, Dr. Susanto, M.Hum., membuka kegiatan dengan menyampaikan tentang sejarah berdirinya Laboratorium Vorstenlanden FIB UNS, serta menumpahkan harapannya pada para peserta untuk seksama mengikuti webinar karena tema yang diangkat kali ini relevan dengan masa sekarang untuk mengatasi tantangan masa depan.  “Kegiatan ini merupakan wujud kami memeriahkan Dies Natalis ke-47 UNS dan tepat tiga tahun berdirinya Laboratorium Vorstenlanden. Narasumber dalam kegiatan ini sangat mumpuni tentang Surakarta dalam menghadapi masa depan dan konsep pemikiran Mangkunegara IV, karena itu mari kita belajar dengan seksama” paparnya.

Prof. Suhartono dalam pemaparannya membahas tentang perkembangan Vosrtenlanden dengan masalah lokal terkait lingkungan Surakarta. Dalam materinya beliau membahas tentang ekogeografis elite lokal dalam Vorstenlanden. “Kekuatan elit lokal adalah kesadaran (berkepemihakan terhadap lokal, raja atau pemerintahan kerajaan). Ciri khas elit lokal itu bersifat keberlanjutan menjunjung tinggi kearifan lokal, sensitif dan aplikatif” paparnya.

“Elit lokal itu seharusnya memiliki keberpihakan melu handarbeni. Memiliki serta semangat merawat atau berupaya menjaga kelestarian daerahnya” ungkap Prof. Suhartono, beliau juga memaparkan tentang suatu paradigma lokal yang menyebutkan bahwa ada sebuah kalimat arif dari orang Jawa temen tinemu, nandur ngunduh, teken, tekun, tekan (Sesuatu sebab pasti ada akibatnya), beberapa hal tersebut dapat dijadikan senjata untuk menerjang tantangan zaman.

Pembahasan mengenai Pemikiran Mangkunegara IV tentang Tata Pemerintahan dan Relevansinya di Masa Sekarang secara detail dipaparkan oleh Dr. Dhanang Respati, awal pembahasan beliau menjelaskan biografi singkat tentang Mangkunagara IV. Dr. Dhanang menyebutkan bahwa Mangkunegara IV adalah seorang sastrawan. “Serampung perang Jawa R.M. Gandakusuman (Mangkunegara IV) menekuni sastra Jawa, banyak sekali karya beliau bisa dibagi dalam tiga periode, karya yang beliau hasilkan adalah tembang bersifat deskriptif dan serat piwulang” tuturnya.

Ditambahkan juga oleh Dosen Prodi Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro itu tentang ungkapan njaga tata tentereming praja (menjaga kedamaian suatu negara) yang mengandung pemikiran tata pemerintahan untuk mengatasai tantangan zaman. “ Dapat saya fokuskan suatu perhatian untuk menjaga tentereming praja yaitu menjaga kewibaan negara, meningkatkan pendapatan negara, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menciptakan ketertiban negara, dan menjaga keselamatan negara” ungkap secara detail dari Dr. Dhanang Respati.

Peserta dalam kegiatan ini sebanyak 107 orang yang terdiri dari Dosen, Mahasiswa Prodi Ilmu Sejarah, perwakilan dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), perwakilan dari Dinas Perpustakaan Arsip Daerah Yogyakarta. Sebelum rampung kegiatan dihangatkan dengan sesi diskusi antara peserta dengan narasumber, diharapkan melalui webinar ini kita menjadi terbuka akan aspek historis yang mengandung banyak arti guna menuntun langkah kedepan menghadapi tantangan zaman. (Gar/Rensi)