Page Detail

Angkat Crossgender  Mahasiswa Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS Raih Juara Lomba Menulis Esai Tingkat Nasional

Angkat Crossgender Mahasiswa Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS Raih Juara Lomba Menulis Esai Tingkat Nasional

Berangkat dari melihat peristiwa sosial tentang crossgender dalam dunia hiburan dewasa ini, menghantarkan Mahasiswa Program  Studi (prodi) Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS), Akhyar Royan Fadli, menjuarai Lomba Menulis Esai Tingkat Nasional, yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam (HMPS SKI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Karyanya yang berjudul Penghiburan Masa Lalu dan Fenomena Crossgender Masa Kini: Suatu Tinjauan Historis Kesenian Lengger Lanang di Kab. Banyumas mampu menempatkan Royan menjadi juara pertama, mengalahkan 25 mahasiswa  seluruh Indonesia.

Pada Minggu lepas tengah hari (12/02/2023) obrolan kami berkembang melalui platform Whatsapp. Royan menjelaskan latar belakang mengangkat sosok crossgender dalam esainya, menurut mahasiswa angkatan 2018 ini ada benang histori terkait maraknya para laki-laki yang berdandan menjadi perempuan. “Saya melihat pola-pola yang sama di masa lalu yaitu terkait dengan kesenian tradisional, kesenian lengger lanang dari Kabupaten Banyumas. Kesenian tersebut juga menampilkan crossgender dimana  seorang laki-laki yang berdandan seperti perempuan. Dewasa ini hal tersebut banyak ditampilkan oleh para Youtuber” paparnya

Dalam esainya mahasiswa kelahiran Cilacap ini menempatkan tinjauan historis sebagai senjata, untuk mengkaji nilai yang terkandung dalam peristiwa crossgender. “Dari tinjauan historis terhadap kesenian lengger lanang, terdapat beberapa nilai-nilai yang dapat diambil: seperti estetika, nilai ekonomi, keyakinan. Ada beberapa nilai yang luntur dan berubah seiring dengan perkembangan zaman. Hanya motif ekonomi yang saya rasa menjadi persamaan diantara kedua hal diatas, banyak dari para pelaku hiburan melakukan hal tersebut atas dasar motif ekonomi sebagai upaya memperoleh penghasilan dan memenuhi kebutuhannya. Termasuk nilai estetika yang sudah sangat berbeda jauh, keyakinan yang juga berubah seiring dengan dunia yang semakin terbuka dan modernitas yang berlaku di masyarakat” jelas Royan.

Jelang rampung perbincangan, Royan menutup dengan pesan yang diambil melalui tinjauan dalam esainya. Menurutnya menyikapi fenomena yang ada pada saat ini, sangat penting untuk kita berkaca juga dari masa lalu. Dengan itu, tentunya diharapkan seseorang bisa lebih bijak dalam menyaring informasi dan mengkonsumsi berbagai jenis konten yang ada di sosial media, serta bisa menentukan sikap seperti apa tatkala menyikapi berbagai fenomena yang muncul di masa sekarang ini. (Gar/Rensi)