Page Detail

Alumni Teater Tesa FIB UNS, Gelar Webinar Bertajuk Sastra Kuna Dan Pemanfaatannya

Alumni Teater Tesa FIB UNS, Gelar Webinar Bertajuk Sastra Kuna Dan Pemanfaatannya

 

Perbincangan bermakna dan menambah pengetahuan kebudayaan patut dikedepankan di masa pandemi Covid-19 saat ini, mana kala semua aktifitas dibatasi wawasan keilmuan wajib melangkah tanpa jengah, mengilhami hal tersebut Almuni Teater Tesa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS menggelar serial webinar Bincang Sastra yang kali ini menggambil tema Sastra Kuna Dan Pemanfaatannya. Kegiatan tersebut dilakukan secara daring menggunakan platform Zoom Meeting pada Minggu (28/03/2021). Hadir sebagai pembicara Asep Yudha Wirajaya, S.S., M.A (dosen prodi Sastra Indonesia FIB UNS) dan Theresia Alit Kurniawati Unggul Pamungkas (freelance translator).

Kegiatan yang dimoderatori oleh Bherhita Wijaya ini, membahas tentang naskah kuna yang digunakan sebagai inspirasi atau motor dalam dunia seni. Asep Yudha dengan materinya berjudul Pemanfaatan Naskah Kuna dalam Bidang Seni Pertunjukkan memaparkan kenyataan ironi naskah yang diperjualbelikan, padahal dalam naskah kuna terkandung banyak nilai-nilai kearifan lokal.

Walaupun sudah ada Undang-undang No 11 Tahun 2010 yang menegaskan bahwa naskah kuna merupakan salah satu benda cagar budaya yang dilarang untuk diperjualbelikan. Namun faktanya dilapangan naskah kuna bebas diperjualbelikan dengan harga tiga sampai lima juta rupiah sesuai kondisinya. Padahal, banyak nilai-nilai kearifan lokal luar biasa yang terkandung di dalam naskah tersebut. Nilai-nilai tersebut dapat digunakan sebagai sumber inspirasi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa yang tengah kita hadapi hari ini dan bahkan hari yang akan datang” ulasnya.

Terkait naskah yang menjadi inspirasi dalam bidang seni pentas , Asep Yudha menjelaskan bahwa  naskah kuna abad 13-14 Masehi di daerah Bugis, Makasar pernah menjadi sumber ide lahirnya I La Galigo. “Ada sebuah karya dari nusantara yang monumental dan pernah dipentaskan dilebih dari 12 kota dan sembilan negara.  Bahkan, kini telah ditetapkan UNESCO sebagai MoW (Memory of The World) karya tersebut berjudul I La Galigo, yang berangkat dari naskah kuna abad 13-14 Masehi di daerah Bugisungkapnya.

Sebagai pembicara kedua Theresia Alit memaparkan materinya tentang Ambiguitas Permainan Cublak-Cublak Suweng dalam Teks Serat Suluk Bango Buthak. Dalam pemaparan alumni prodi Sastra Daerah FIB UNS tahun angkatan 2007 ini mengatakan bahwa melalui proses perjalanan dan adaptasi, Cublak-Cublak Suweng berubah fungsinya menjadi sarana pepeling dalam teks serat Suluk Bango Buthak.

Cublak-cublak suweng diapropriasi dalam teks Serat Suluk Bango Buthak untuk mengekspresikan keprihatinan dalam sikap beragama yang terlalu memperhatikan wujud luar. Salah satu pesan dari teks Serat Suluk Bango Buthak  adalah bahwa syahadat bukan hanya ungkapan iman yang berhenti pada ucapan namun sebagai sebuah proses penghayatan iman yang panjang” paparnya.

Kegiatan yang digagas oleh paguyuban Alumni Teater Tesa FIB UNS tersebut  mengerucut pada suatu pemahaman, bahwa naskah-naskah kuna terbukti riil dapat digunakan sebagai sumber inspirasi dan bahan penciptaan bagi seni pertunjukan dengan mengandung nilai-nilai luhur. Kesemuanya itu tinggal menunggu kemauan dan keseriusan dari kita semua untuk merawat dan mendayagunakannya. (Rensi)