Ajak Pahami Budaya Jawa-Bashu, Prodi BMKT FIB UNS Gelar Kuliah Dosen Tamu
Keberagaman budaya merupakan sesuatu keindahan yang sejatinya perlu kita pelajari untuk menambah wawasan dan membuka horizon pemikiran tentang sebuah perbedaan. Melangkah dengan pemahaman tersebut Program Studi (prodi) Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok (BMKT) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) bergandeng dengan Pusat Bahasa Mandarin (PBM) UNS menggelar Kuliah Dosen Tamu pada Selasa pagi (07/05/2024) di Ballroom Tower UNS.
Kuliah Dosen Tamu ini bertajuk Perkenalan Kebudayaan Jawa-Bashu dengan menghadirkan Wakil Dekan Fakultas Sastra dan Jurnalistik Xihua University, Tiongkok, Prof. Wang Xuedong, dan Dekan FIB UNS, Prof. Dr. Warto, M.Hum.. Kegiatan ini dibuka oleh Plt. Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa melalui Kuliah Dosen Tamu ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk saling belajar dan memahami budaya Jawa – Bashu.
“Budaya Jawa merupakan salah satu identitas bangsa, kemudian Bashu banyak melahirkan penyair-penyair hebat di Tiongkok. Kedua budaya itu sangat menarik dipelajari lebih dalam, saya berharap melalui kegiatan ini teman-teman mahasiswa (peserta) dapat menggali sebanyak mungkin informasi terkait kedua budaya tersebut” papar Prof. Yunus.
Dosen Prodi BMKT FIB UNS, Tati Sugiarti, S.S., M.TCSOL, sebagai moderator kegiatan ini menghantarkan para peserta pada narasumber pertama, Prof. Wang. Pemaparan beliau menyingung tentang panda, hidangan Hot Pot, dan seni tari topeng ganti sebagai maskot yang kentara di Bashu. Prof. Wang juga menambahkan bahwa belajar tentang budaya merupakan sesuatu yang sangat penting. “Memahami aspek budaya yang kompleks dapat membuka pemahaman kita akan keberagaman” tuturnya.
Prof. Warto sebagai narasumber kedua memaparkan tentang Sejarah dan Budaya Jawa. Melalui materinya beliau menjabarkan periodisasi yang mempengaruhi budaya Jawa dan tiga nebula sosial budaya. “Budaya Jawa terdapat periodisasi, yang pertama masa pra-sejarah atau pra-aksara, masa kerajaan Hindu-Budaya, Masa Kerajaan Islam, Masuknya oengaruh Tiomhlok, Masuknya kolonialisme Barat, masa Jepang, dan Kemerdekaan. Tiga nebula sosial budaya adalah pembaratan, jaringan Asia (Islam dan Cina), Indianisasi” ungkapnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi dan ditutup dengan foto bersama. Budaya merupakan salah satu instrumen penting untuk menjaga aspek orisionalitas suatu bangsa, terbukti budaya dapat berbicara banyak, untuk menjaga konstruksi pertahanan bangsa ketika arus globalisasi semakin kuat menderu. (Humas FIB UNS)