
Narasi Budaya Seri Ke-6 Usung Perbincangan Tentang Yoga dan Moderasi Keberagaman
Kerja sama merajut pelita guna membabarkan khazanah keilmuan, menjadi salah satu tugas penting suatu instrumen pendidikan, hal tersebut yang ditunjukkan oleh Program Studi (prodi) S-3 Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Prodi S-3 Kajian Budaya FIB Universitas Udayana (UNUD), dengan menyelenggarakan kegiatan diskusi mahasiswa yang betajuk Narasi Budaya, kali ini (31/01/2025). Narasi Budaya sudah memasuki seri ke-6.
Kegiatan yang dilaksanakan secara daring ini mengangkat konteks diskusi tentang, Spiritual Discourse of Yoga Bali in the Context of Global Capitalism dan Moderasi dalam Konteks Pluralitas Keberagamaan Indonesia. Muhammad Farkhan Mujahidin (FIB UNS) dan Ningrum Ambarsari (FIB UNUD) diundang sebagai narasumber para Narasi Budaya seri ke-6.
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Penelitian FIB UNS, Prof. Dr. Djatmika, M.A. membuka kegiatan ini dengan pengantar bahwa kajian budaya akan erat dengan sosial semiotik, karena itu suatu teks harus dimaknai. “Selamat bertukar wawasan semoga melalui Narasi Budaya kali ini akan menumbuhkan diskusi yang hangat dan berdampak bagi masyarakat” paparnya.
Narasumber pertama, Ningrum Ambarsari, dosen dan praktisi yoga ini membabarkan tentang yoga dari aspek spiritual yang merangkak modern menjadi praktik industri. “awal mulanya praktik yoga dibalut dengan aspek magis spiritualisme, namun yoga saat ini melalui arus digitilasasi menjadi lebih modern dan bersifat industri. Velue spiritual hanya bersifat dekoratif,” paparnya.
Ningrum Ambarsari juga mengatakan beberapa ideologi di balik transformasi yoga di Bali. Misalnya, budaya kesehatan, kapitalisme dan komodifikasi, globalisasi dan westernisasi, serta spiritualitas untuk revitalisasi diri. Selain itu beliau juga menyatakan tentang beberapa dampak transformasi Pratik yoga di Bali terhadap wisata budaya. Antara lain, pengaruh dampak ekonomi lokal, adaptasi budaya lokal dan barat, latihan yoga secara hibrida, dan perluasan fungsi.
Narasumber kedua, Muhammad Farkhan Mujahidin, mengawali pembahasan tentang realitas keagamaan. Beliau juga menyinggung tentang isu-isu tentang agama, realitas manusia memandang agama, dan pluralitas agama dan keberagamaan. “pluralisme adalah menerima dan menghormati perbedaan agama, jalan yang berbeda-beda menuju Tuhan yang sama, kebenaran setiap agama adalah relativ, dan hidup berdampingan dengan umat beragama lain,” jelasnya.
Muhammad Farkhan Mujahidin, juga membabarkan tentang truth claim dalam keagamaan bahwa sikap terhadap agama lain ada kebenaran relative yang perlu dihormati sebagai sikap adil. Selain itu batas-batas dialog perlu diterapkan, beliau juga mengaris suatu titik temu dari sila pertama Pancasila yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa (YME), dapat diinterpretasikan bahwa bukan kesamaan pokok-pokok keyakinan, melainkan pesan dasar Katuhanan YME sebagai konsep moderasi.
Presentasi dua narasumber yang merupakan promovendus doktor dalam bidang studi Kajian Budaya mendapat tanggapan sejumlah pertanyaan dari beberapa peserta yang merupakan mahasiswa dan alumni program doctor dari dua institusi yang berbeda. Dalam kesempatan ini, Prof. Dr. A.A. Ngr. Anom Kumbara, M.S., dosen S3 Kajian Budaya Universiats Udayana, membahas materi yang dipresentasikan dengan mengemukakan bahwa core dari topik yang disajikan ini adalah transformasi yang disebabkan oleh globalisasi dan ideologi yang menyertainya.
Menutup Narasi Kebudayan seri ke-6 ini Ketua Prodi S-3 Kajian Budaya FIB UNS, Dra. S.K. Habsari, M.Hum., Ph.D. menyampaikan bahwa aspek pluraritas sudah merupakan suatu bagian kehidupan bangsa ini dan karakteritik tersebut yang menyebabkan kekhasan dalam memahami dan memaknai segala sesuatu. Sebuah ilmu akan selalu berkembang, ketika datang kita akan menemukannya, dan ketika belajar kita akan mendapatkannya. (Humas FIB)